Foto
Minggu, 14 April 2024 - 20:09 WIB

Dua Gunungan Ketupat Meriahkan Tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari

Wahyu Prakoso  /  Joseph Howi Widodo  /  Burhan Aris Nugraha  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berebut gunungan ketupat pada tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari, Jebres, Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Abdi dalem Keraton Solo mengusung gunungan ketupat pada Tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari, Jurug, Solo, Minggu (14/4/2024).

Kirab itu diawali dari depan kandang Komodo menuju panggung pertunjukkan Solo Safari. Menantu Pakubuwana XIII, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruna Adiningrat, berperan menjadi Jaka Tingkir dengan menunggang kuda.

Advertisement

Terdapat dua gunungan ketupat yang dipanggul para abdi dalem Keraton Solo. Dua gunungan ketupat diperebutkan para wisatawan di panggung pertunjukkan Solo Safari dan depan lobi Solo Safari.

Gunungan ketupat santen memiliki makna dalam tradisi Syawalan Solo Safari, yakni wujud rasa syukur dengan berbagi kepada masyarakat dan sikap kerendahan hati. Kupat santen berarti Ngaku Lepat Nyuwun Pangapunten.

Menantu Pakubuwana XIII, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruna Adiningrat, berperan menjadi Jaka Tingkir dengan menunggang kuda pada tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari, Jebres, Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)
Peserta mengusung gunungan ketupat pada acara Grebeg Syawalan Solo Safari di Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos/Joseph Howi Widodo).
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif