Solopos.com, SOLO — Abdi dalem Keraton Solo mengusung gunungan ketupat pada Tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari, Jurug, Solo, Minggu (14/4/2024).

PromosiIjazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Kirab itu diawali dari depan kandang Komodo menuju panggung pertunjukkan Solo Safari. Menantu Pakubuwana XIII, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruna Adiningrat, berperan menjadi Jaka Tingkir dengan menunggang kuda.

Terdapat dua gunungan ketupat yang dipanggul para abdi dalem Keraton Solo. Dua gunungan ketupat diperebutkan para wisatawan di panggung pertunjukkan Solo Safari dan depan lobi Solo Safari.

Gunungan ketupat santen memiliki makna dalam tradisi Syawalan Solo Safari, yakni wujud rasa syukur dengan berbagi kepada masyarakat dan sikap kerendahan hati. Kupat santen berarti Ngaku Lepat Nyuwun Pangapunten.

Menantu Pakubuwana XIII, Kanjeng Raden Aryo Rizki Baruna Adiningrat, berperan menjadi Jaka Tingkir dengan menunggang kuda pada tradisi Grebeg Syawalan di Solo Safari, Jebres, Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos/Wahyu Prakoso)
Peserta mengusung gunungan ketupat pada acara Grebeg Syawalan Solo Safari di Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos/Joseph Howi Widodo).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi