JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi
Sejumlah pemuda anggota Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo menyelesaikan proses sablon kaus, Jumat (19/7/2013).

PromosiPramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo seperti tak pernah kekeringan ide untuk melukiskan penolakan terhadap megaproyek pasir besi. Setelah meluncurkan buku, komunitas ini sekarang membuat kaus yang bertuliskan idealisme teguh mereka untuk tetap mempertahankan lahan pertanian dari ancaman proyek pasir besi. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, Arif Wahyudi.

Sejumlah pemuda berkumpul di rumah salah satu rumah aktivis PPLP, Jumat (19/7/2013) pekan kemarin. Mereka dengan serius memandangi kaus berwarna hitam yang akan dilumuri tinta sablon.

Setelah itu, di bagian belakang kaus sudah tampak jelas kalimat Jelas Isih Penak Jadi Petani.

Yang tertulis dalam kaus tersebut merupakan sebuah jawaban yang tidak bisa ditawar kendati PT Jogja Magasa Iron (JMI), selaku operator penambangan, akan menggelontorkan dana kompensasi yang bernilai miliaran rupiah sekalipun.

“Sekali menolak, kami [PPLP] tetap menolak. Lahan pertanian segalanya bagi kami. Ibarat harus dipertaruhkan sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan,” ujar Koordinator PPLP, Widodo, yang ikut menyablon.

Pernyataan idealisme bertani merupakan keteguhan sikap untuk menunjukkan kepada pemerintah dan JMI atas sosialisasi rencana megaproyek sebulan terakhir ini. Bagi Widodo, sosialisasi itu tidak akan mendatangkan arti apa-apa.

Dia mengklaim warga PPLP dan petani di pesisir tetap solid berjuang menolak tambang pasir besi. Kendati pada kenyataannya beberapa sosialisasi yang dilakukan JMI diikuti beberapa petani pesisir, menurut Widodo, itu bukan awal sebuah ancaman serius.

PPLP, lanjut Widodo, juga menyatakan tidak ambil pusing menyikapi pernyataan Sekretaris Daerah Kulonprogo, Astungkoro, yang akan menyiapkan tim khusus guna memuluskan tambang pasir besi.

Kaus perwujudan idealisme sikap tersebut akan dibagikan kepada semua elemen yang tergabung dalam PPLP. Pembuatannya dilakukan secara bertahap mengingat dana yang ada belum mencukupi untuk semua anggota. Tahap pertama ini baru tersedia 800 kaus sementara jumlah anggota PPLP mencapai ribuan.

Untuk penyablonan, PPLP sengaja melakukannya sendiri lantaran cukup banyak anggota yang memiliki keahlian dalam sablon. Imbasnya, bisa menghemat pengeluaran karena hanya mengeluarkan untuk beli kaus polos dan tinta sablon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi