Solopos.com, JAKARTA — Kerusuhan Mei 1998 atau tepatnya tanggal 13-15 Mei menjadi peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Demo mahasiswa besar-besaran menyuarakan reformasi dan menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya yang dipicu krisis ekonomi pecah di sejumlah kota.

PromosiPemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Kerusuhan juga disulut amarah massa setelah empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia tertembak saat aksi di dalam kampus pada 12 Mei 1998.

Mahasiswa yang meninggal adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Peristiwa berdarah itu menjadi catatan pelanggaran HAM berat di Tanah Air.

Berawal dari Jakarta, kerusuhan semakin luas ke kota-kota lain diantaranya Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Amuk massa juga pecah dan terjadi aksi pembakaran serta penjarahan di Kota Solo. Tak hanya kerugian harta, sejumlah nyawa pun ikut terenggut dalam kejadian.

 

Rombongan Polisi Militer Kodam Jaya memeriksa kondisi empat jenasah mahasiswa korban kerusuhan aksi unjuk rasa di Universitas Trisakti, Jakarta, Selasa (12/5/1998). (Antara/Mosista Pambudi)

 

Seorang pemuda melempar kainnya ke mobil yang terbakar di jalan Otista, Jakarta Timur, ketika massa tertahan di sekitar Jakarta, Kamis (14/5/1998). (Antara/Zarqoni Maksum)

 

Mahasiswa meluber hingga ke kubah Grahasabha Paripurna ketika menggelar unjuk rasa yang menuntut reformasi menyeluruh, Selasa (19/5/1998). (Antara/Saptono)

 

Sebanyak 113 jenazah korban kerusuhan terbakar di dalam gedung pertokoan di Jakarta dan Tanggerang dikebumikan secara massal sebanyak itu karena sudah tidak dapat dikenali lagi di Jakarta, Senin (18/5/1998). (Antara/Mosista Pambudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi