SOLOPOS.COM - Umat Konghuchu membakar kapal kertas saat sembhayang King Hoo Ping di Lithang Makin Solo, Minggu (10/9/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)
SOLOPOS.COM - Umat Konghuchu mengikuti sembhayang King Hoo Ping di Lithang Makin Solo, Minggu (10/9/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)
SOLOPOS.COM - Upacara sembahyang King Hoo Ping dilaksanakan setiap bulan 7 penanggalan Imlek (Jit Gwe) atau sekitar bulan 8 atau bulan 9 penanggalan Masehi untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur. (Solopos/Joseph Howi Widodo)
SOLOPOS.COM - Deretan nama-nama leluhur terpasang saat sembhayang King Hoo Ping di Lithang Makin Solo, Minggu (10/9/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo)
Solopos.com, SOLO —Umat Konghuchu membakar kapal kertas (bahtera) saat sembahyang King Hoo Ping di Lithang Makin Solo, Minggu (10/9/2023).
Sembahyang yang digelar Majelis Agama Konghuchu Indonesia (Makin) Solo itu dilaksanakan secara sederhana dan diikuti puluhan umat.
Upacara sembahyang King Hoo Ping dilaksanakan setiap bulan 7 penanggalan Imlek (Jit Gwe) atau sekitar bulan 8 atau bulan 9 penanggalan Masehi untuk mendoakan dan menghormati arwah leluhur.
Masyarakat Tionghoa meyakini pintu akhirat dibuka saat Jit Gwe atau bulan tujuh Imlek. Arwah diberi kesempatan untuk turun ke dunia untuk menengok keluarganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.