Tradisi Dugderan Semarang digelar dua hari.

PromosiSejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Warga Semarang menonton arak-arakan Kirab Dugderan di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang, Jateng, Kamis (25/5/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Warga Semarang menonton arak-arakan Kirab Dugderan di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang, Jateng, Kamis (25/5/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Dugderan merupakan tradisi masyarakat Semarang menjelang bulan puasa Ramadan yang sudah berlangsung sejak 1881. Wujudnya adalah pawai yang disertai pasar kaget untuk memeriahkannya.

Pada tahun 2017 ini, pawai Dugderan digelar dua kali. Karnaval Dugder 2017 digelar Rabu (24/5/2017) dengan diikuti siswa-siswa sekolah taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan Kirab Budaya Dugder 2017, Kamis (25/5/2017), diikuti siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA) sederajat, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, perhotelan, dan berbagai komunitas.

Arak-arakan Dugderan berlabel Kirab Budaya Dugder 2017 merupakan inti kegiatan Festival Dugderan yang menjadi tradisi khas Kota Semarang. Pada hari kedua pawai dilaksanakan tradisi penyerahan dan pengumuman suhuf halakah dari ulama, serta ditabuhnya bedug dan diperdengarkannya suara meriam penanda datangnya bulan puasa Ramadan 2017.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi